I-FoToGRAFI SMIFE_Crew My Other Family



Sunday, 27 October 2013

Kau Tahu Sihir Waria



Maka bermain-mainlah di kedalaman kelaminku atau akan telanjang bersama kupu-kupu yang telanjang bersamamu mungkin akan kau temukan bekas-bekas air mata bahagia ibu
Ketika pertama kali aku mampu mengeja namaku dan ia menghadiahiku sebutir bola yang penuh warna
Kudepak perut ibu : ibu, aku tak bahagia aku merindukan sebuah boneka
Kini kusimpan boneka itu di lemari tua bersama tetes-tetes air mata ibu, dan seonggok tubuh perkasa yang tak pernah kuminta karena kelak jika ada yang mengerlingkan mata, sebagai kotak Pandora yang terbuka sihirku akan merajalela, penuh canda dan tawa










Menurut mami Yulie, ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia pada tahun 2006 terdata sebanyak 7.878.000 waria ada di Indonesia. Jumlah ini bisa berkembang sampai 200% karena banyak diantara mereka yang tidak terbuka dan tidak memiliki identitas resmi seperti kartu tanda penduduk. Namun bentuk diskriminasi masih terus dialami waria dengan yang paling rentan adalah tidak bisa mendapat tempat di publik. 

Mereka tergabung dalam Forum Komunikasi Waria Indonesia yang bermarkas di Depok. Banyak waria yang sebelumnya bertahan hidup sebagai pekerja seks. Komunitas transgender alias kaum waria masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia. Kehadiran mereka kerap mendapat penolakan dari masyarakat dan keluarga sendiri. 

Merekapun tersingkir hingga masa tua. Usia mereka kini sudah tua, mereka hanya akan memanfaatkan sisa waktu hanya untuk sekedar hidup. Mereka tinggal di tempat penampungan waria yang sudah tua karena mereka ingin terdata dan diakui masyarakat. 

Mungkinkah masyarakat mengakui dan tidak lagi memandang kaum waria sebelah mata?
-Muhammad Ramadhan

No comments:

Post a Comment